Sinergi antara jenis wine dengan makanan bukan lagi hal baru di dunia kuliner. Dikenal dengan konsep wine food pairing, kombinasi antara jenis wine dengan makanan bisa memberi efek gastronomi yang luar biasa.
Namun tidak jarang, perpaduan jenis wine dengan makanan yang salah malah berakhir ke pengalaman buruk. Jangan sampai terjadi kombinasi wine food pairing yang salah, karena akan merusak citarasa wine itu sendiri dan juga makanan yang dipilih.
Masalahnya, bagaimana sih cara memilih jenis wine yang cocok dengan makanan? Apalagi mengingat variasi jenis wine yang luar biasa banyak dan pilihan menu yang juga relatif tak terbatas. Bisa-bisa, kamu sudah duluan menyerah dan tidak ingin mencoba sama sekali.
Tapi tidak perlu khawatir, seni wine food pairing tidaklah rumit. Cukup menguasai beberapa kunci utama, siapapun bisa jadi ahli dalam memilih jenis wine yang tepat. Yuk, langsung saja simak panduan dasar wine food pairing berikut:
Jenis Wine Berdasarkan Basic Taste-nya
Seorang sommelier alias pakar wine sejati akan pertama mencari harmoni antara jenis wine dalam pairing makanan lewat cita rasa yang paling menonjol. Ini artinya, kamu tidak perlu berpikiran secara rumit atau menghafal rumus mati wine food pairing.
Sebaiknya, pahami jenis wine berdasarkan 3 cita rasa dasar yaitu : sweetness, acid, dan tannin (manis, asam dan pahit)
Setelah menguasai basic taste tersebut, urusan wine food pairing akan berjalan seperti kolaborasi yang paling alami dan menyenangkan. Kamu akan segera tahu, mana kombinasi wine food pairing yang akan membuat sebuah wine semakin enak, atau minimal tidak semakin buruk saat dipadu dengan menu tertentu.
Sweetness
Rasa manis pada jenis wine mengacu pada berapa kandungan gula yang tersisa setelah proses fermentasi. Residu gula ini sifatnya alami dan berasal dari buah anggur itu sendiri.
Namun, gula juga bisa ditambahkan ke hasil akhir wine setelah proses fermentasi. Biasanya jenis wine yang berkualitas rendah akan diberikan ekstra kandungan gula, supaya rasanya lebih nikmat atau untuk menutupi aroma tidak enak tertentu.
Untuk mencari tahu apakah sebuah jenis wine itu sifatnya manis, coba cicip wine tersebut lalu jilat bagian bibir. Jika kamu merasakan sensasi lengket atau manis, maka bisa dikatakan wine tersebut masuk ke kategori jenis wine yang sifatnya manis.
Jenis wine yang tidak mengandung gula sama sekali akan dikatakan sebagai dry dengan level yang berkisar antara 1% hingga 9% ( dessert wine).
Beberapa rekomendasi wine dengan basic taste manis antara lain : White Zinfandel, Moscato, Riesling, Sauternes, Port & Mead.
Acid
Istilah asam pada wine sering diartikan sebagai acid, dimana kadar asam wine memang memiliki kisaran antara 2.5 hingga 4.5 pH ( pH 7 adalah posisi netral). Ini harus dibedakan dengan istilah sour pada umumnya yang berarti basi.
Tingkat keasaman pada jenis wine sesungguhnya merupakan hal yang penting dan cukup menentukan kualitas sebuah wine. Setiap wine membutuhkan level acidity tertentu sebagai penyeimbang antara kadar alkohol, manis dan juga sensasi pahit/tanin. Wine dengan level acidity yang tepat justru akan menua dengan baik, semakin berkualitas seiring waktu.
Sayangnya, banyak yang langsung berasumsi harus menghindari rasa asam pada wine. Namun perlu diingat bahwa kadar asam pada wine tidak akan mengganggu sistem pencernaan karena bersifat alami, sama halnya seperti buah lemon.
Untuk menentukan apakah sebuah wine asam atau tidak, langsung saja cicipi dan rasakan apakah ada reaksi natural seperti ekspresi kecut atau mengkerut. Semakin terasa, berarti kamu sedang berhadapan dengan jenis wine yang asam.
Beberapa rekomendasi wine dengan basic taste asam antara lain : Riesling, Chenin Blanc & Sauvignon Blanc.
Tannin
Rasa pahit pada jenis wine berasal dari tanin, yaitu sejenis senyawa pada anggur yang hadir pada bagian kulit, batang dan biji anggur. Tanin memiliki ciri khas rasa kelat atau sedikit tajam.
Saat dicicip, tanin memberikan sensasi kering di lidah yang sering juga terasa pahit. Semakin tua atau lama usia sebuah wine, maka kandungan tanin akan semakin teroksidasi atau terpecah, menjadikan cita rasa wine lebih lembut dan agak manis.
Tapi jangan langsung menghindari jenis wine pahit atau yang tanin tinggi. Sebuah studi mengungkapkan bahwa tanin baik pada wine memiliki manfaat kesehatan antioksidan. Uniknya, tanin pada wine bahkan mengungguli tanin pada daun teh yang terkenal gudangnya antioksidan.
Jenis wine dari kategori red atau anggur merah rata-rata memiliki tanin. Memang white wine juga memiliki tanin tapi biasanya lebih rendah karena prosesnya yang langsung diperas daripada direndam seperti pada red wine.
Untuk mengecek apakah jenis wine memiliki tanin, cari rasa pahit terutama di bagian depan mulut dan di sisi lidah saat mencicipi wine. Jika memang tanin tinggi, kamu akan segera merasakan sensasi kering di lidah yang tidak langsung hilang, bahkan setelah menelan ludah.
Beberapa rekomendasi wine dengan basic taste asam antara lain : Muscat, Riesling, Cabernet Sauvignon, Pinot Noir & Malbec.
Wine Food Pairing – Jenis Wine Yang Cocok Untuk Tipe Makanan
Setelah paham tentang jenis wine sesuai dengan 3 basic taste masing-masing, saatnya diterapkan ke wine food pairing.
Prinsip wine food pairing tidaklah sulit, cukup berpedoman pada 5 rasa pada indra pengecap : manis, asam, pahit, asin dan gurih.
Setelah tahu prinsip sebelumnya yaitu sweetness, acid dan tannin, kamu siap menyelami wine food pairing yang anti gagal berikut:
Manis
Rasa manis merupakan salah satu citarasa yang paling krusial. Bayangkan, jika kamu baru saja menikmati dessert yang manis, maka setiap wine yang dihidangkan setelahnya akan terasa asam atau sepet.
Ini sebabnya, kerap terdengar aturan mutlak dalam wine food pairing yaitu : Wine setidaknya harus sama level manisnya dengan menu makanan yang akan disajikan. Ini supaya nantinya rasa wine tidak langsung “terbanting” di lidah.
Masalahnya, rasa manis sering hadir di berbagai makanan, bukan cuma dessert saja. Bahkan di hidangan daging atau steak, kamu tetap bisa mencicipi saus pendamping atau side sayuran yang manis, misalnya jagung, kentang, bawang bombay, salad, buah-buahan dan sejenisnya.
Solusinya hanya satu: manis harus dilawan dengan manis juga. Jadi pastikan pilihan jenis wine sudah bisa mengimbangi hidangan yang akan disajikan.
Asam
Kalau sebelumnya rasa manis akan menutupi rasa wine pada umumnya, maka elemen asam justru sebaliknya. Setelah menikmati jenis makanan dengan citarasa asam, maka wine yang dinikmati setelahnya akan terasa relatif enak dan manis.
Rata-rata sommelier akan merekomendasikan jenis wine yang tinggi level asamnya untuk dipadukan dengan menu seperti salad saus cuka, rendaman acar, pasta bolognese hingga pizza. Semua jenis wine yang terasa asam saat dinikmati secara langsung, akan menjadi lebih nyaman di lidah jika dipadukan dengan makanan yang berciri khas asam – terutama dari kategori red wine.
Hanya saja, pastikan kondisi pencernaan sudah siap dan tidak sampai terganggu jika ingin mencoba wine food pairing yang bersifat asam di lambung.
Pahit
Pada dunia kuliner, beberapa bahan makanan yang pahit bisa ditemukan pada sayuran seperti brokoli, kubis, zaitun, hingga kacang-kacangan. Jika memasak dengan cara dipanggang, maka akan muncul nuansa gosong yang cukup pahit juga di makanan.
Untuk prinsip wine food pairing bercita rasa pahit, hindari seperti rumus sebelumnya misalnya manis lawan manis, atau asam lawan asam. Sebaliknya, cari jenis makanan yang manis untuk mengimbangi jenis wine yang cenderung pahit atau kering di lidah.
Jenis wine pahit akan terasa nyaman dinikmati bersama dessert atau sajian manis lainnya, terutama dari kategori red wine.
Kadar asin pada makanan, sepanjang tidak berlebihan, akan menjadi paduan sempurna dengan rata-rata jenis wine. Semua karakteristik wine dari manisnya buah hingga lembutnya tekstur cairan, akan muncul dengan kontras yang indah.
Ini sebabnya wine kerap dipadu dengan keju yang sedikit asin, zaitun sebagai pelengkap, seafood atau makanan laut, dan bahkan keripik kentang untuk dinikmati secara kasual.
Meskipun rata-rata jenis wine akan cocok dipadu dengan cita rasa asin, prioritaskan yang sedikit asam dengan sensasi buah yang renyah. Cari dari kategori red wine atau rose yang bakalan membuat sensasi kuliner semakin berkesan.
Gurih
Untuk makanan yang bersifat gurih, wine food pairing terbaik adalah dengan wine yang sudah memiliki balance sempurna antara sweet, acid dan tannin.
Karena pilihan menu gurih pada dasarnya sudah cukup kuat, maka pilihan jenis wine sebaiknya yang tidak terlalu kontras, misalnya terlalu asam, terlalu manis, atau terlalu pahit.
Peran wine di sini lebih sebagai pelengkap supaya setelah menikmati makanan yang gurih, indra pengecap tidak lagi bekerja ekstra keras menghadapi kombinasi intens dari wine.
Eksperimen Di Seni Wine Food Pairing
Food wine pairing memang sangat menarik untuk terus dipelajari dan dikuasai. Tapi harus diingat, seni wine food pairing semua kembali lagi ke soal selera yang sejatinya adalah topik relatif. Semua akan kembali lagi ke preferensi masing-masing, karena itulah prinsip terbaik dalam wine food pairing.
Disarankan agar kamu tetap rajin bereksperimen baik dengan makanan maupun jenis wine favorit, agar bisa semakin memahami selera yang personal untukmu. Teknik wine food pairing tidak akan dengan mudah datang dalam sehari, tapi adalah proses berkelanjutan yang seharusnya dinikmati dengan santai layaknya hobi.
Setelah memahami basic taste dari jenis wine, dan juga cara membedah cita rasa makanan, maka selanjutnya adalah tahap tasting. Kini kamu bisa dengan nyaman bercengkrama dengan chef atau pelayan saat meminta rekomendasi wine. Atau saat mencari wine di toko ataupun secara online, kamu sudah memiliki bayangan jenis wine yang cocok untuk disajikan bersama makanan.
Atau untuk yang ingin mencoba menguasai lebih jauh lagi dunia wine, jangan lupa cek jenis wine yang bisa kamu pilih. Klik link berikut untuk tahu apa-apa saja jenis wine yang cocok pada umumnya. Semoga bermanfaat yah!